Selasa, 09 Juni 2015

Kisah Tragis di Balik Lagu 'Blackbird' The Beatles

Penggila musik terutama penggemar The Beatles pasti sudah akrab dengan lagu Blackbird. Lagu yang termasuk ke dalam White Album yang rilis 1968 silam ini adalah salah satu nomor melankolis terbaik milik band asal Liverpool, Inggris tersebut. Namun sudah tahukah Anda makna yang terkandung di balik lagu ini?
Bila Anda mengira Blackbird adalah sebuah lagu puitis untuk merayu wanita, maka tak sepenuhnya Anda salah karena setiap orang memiliki interpretasinya sendiri terhadap sebuah karya seni. Namun, sebenarnya lagu ini merupakan lagu yang bertema politis.
Blackbird diciptakan oleh Paul McCartney pada 1968. Saat itu, di Amerika Serikat suhu politik sedang panas dan sedang terjadi banyak ketegangan rasial. Kaum kulit hitam di negeri Paman Sam belum terlalu menikmati kesetaraan seperti sekarang, rasisme masih kental terasa dan bersama Martin Luther King Jr mereka sedang mati-matian memperjuangkan hak-hak sipil, termasuk hak wanita.

Lantas apa hubungannya dengan Blackbird? Nah, di Inggris, pria-pria di sana sering menyebut perempuan dengan panggilan 'bird' alias burung, seperti halnya dengan 'chick' di Amerika. Paul McCartney yang sedang berada di Skotlandia merasa terenyuh dengan perjuangan kaum kulit hitam Amerika. Di saat yang sama Paul McCartney sedang hobi membaca buku-buku puisi. Terinspirasi oleh sebuah buku berjudul Blackbird Singing serta kejadian-kejadian di Amerika, terciptalah lagu Blackbird. Kata 'Blackbird' sendiri dalam lagu tersebut merupakan metafora dari perempuan kulit hitam Amerika yang sedang memperjuangkan hak-haknya. Dalam sebuah konser solo akustiknya di Dallas, Amerika Serikat 2002 lalu, legenda hidup The Beatles tersebut sedikit menceritakan dari mana inspirasi lagu Blackbird berasal.

"Yang akan saya nyanyikan sekarang ditulis di era 60-an dimana sedang banyak masalah tentang hak-hak sipil terutama di daerah selatan Amerika. Saya tak tahu Anda tahu apa tidak, di Inggris terkadang kami memanggil gadis-gadis dengan 'burung'. Saya menulis lagu ini berdasarkan itu," ujar Paul McCartney membuka lagu Blackbird.

Jumat, 22 Mei 2015

Film Soekarno Karya Hanung Bramantyo Yang Penuh Dengan Kontroversi

TAK diragukan lagi, Hanung Bramantyo adalah sutradara berbakat yang telah terbukti mampu menghasilkan karya-karya berkualitas. Hanung menyutradari lebih dari 20 judul film maupun menjadi pelakon dalam sejumlah film nasional. Sebut saja film Brownies dan Get Married yang mengantarnya meraih penghargaan sebagai sutradara terbaik pada FFI 2005 dan 2007. Suami dari Zaskia Adya Mecca ini merupakan salah satu sosok kebanggaan Indonesia karena ikut berperan aktif dalam kebangkitan perfilman nasional.


Dari puluhan karyanya, beberapa di antaranya sempat menuai kontroversi, yakni Perempuan Berkalung Sorban, Tanda Tanya (?), Cinta Tapi Beda, dan Soekarno: Indonesia Merdeka (2013). Film yang disebut terakhir, mendapat kritik keras dari tokoh masyarakat NTT, Peter Apollonius Rohi. Pria 73 tahun ini tidak setuju mengenai penggambaran sosok Riwu Ga oleh Hanung dalam film Soekarno.

Mantan anggota marinir, wartawan senior, sekaligus pengamat sejarah ini mempertanyakan alasan Hanung menggambarkan Riwu Ga, yang tak lain pengawal setia Soekarno, sebagai sosok jahat berkarakter pengkhianat dalam film itu. Riwu Ga, oleh Hanung, digambarkan sangat membenci Fatmawati dan merobek-robek foto Fatmawati. Akibat penggambaran seperti itu, menurut Peter, seorang putra Fatmawati, Guntur Soekarnoputra, menjadi benci terhadap Riwu Ga. Padahal, menurut Peter Rohi, Riwu Ga sangat setia pada Soekarno, bahkan sang istri – Maria Riwu Ga - merawat Guntur ketika masih kecil.

Tentu Peter Rohi tak sembarang melontarkan kritik/protesnya, lantaran dia memiliki pengetahuan mendalam mengenai siapa Soekarno dan bagaimana kehidupan Sang Proklamator. Asal tahu, Peter Rohi adalah pimpinan Soekarno Institute yang pertama kali mengungkapkan rumah tempat kelahiran Soekarno di Blitar, Jawa Timur, berdasarkan sebuah penelitian mendalam. Hasil penelitian Peter Rohi dkk itu kemudian dikuatkan oleh Cindy Adams melalui bukunya; Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat.



Kembali ke soal Riwu Ga, menurut Peter Rohi, apapun alasannya, Hanung telah melakukan penyimpangan sejarah. Sebab, bagaimanapun, film yang dia kerjakan bukan film biasa, melainkan sebuah film bernilai sejarah. Artinya penggambarannya harus akurat agar tidak menimbulkan salah tafsir.
Riwu Ga adalah pengawa
l pribadi Soekarno. Dia dekat dengan Soekarno saat menjalani pembuangan oleh Belanda di Ende, Flores (NTT) tahun 1934 -  kala itu Riwu Ga masih berusia 14 tahun. Riwu Ga merupakan faktor yang menggagalkan pengasingan Soekarno ke Australia oleh Belanda pada tahun 1942. Loh, kok? Ya, Belanda yang telah mempersiapkan pesawat untuk mengangkut Soekarno, akhirnya membatalkannya karena Soekarno ngotot membawa serta Riwu Ga. Seandainya Soekarno jadi diasingkan ke Australia, bukan tak mungkin jalan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia menjadi lebih panjang dan rumit.

Riwu Ga juga ikut mengambil peran saat Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Ketika itu, beberapa jam setelah membacakan teks proklamasi, Soekarno memerintahkan Riwu Ga untuk mengumumkan kemerdekaan Indonesia kepada seluruh masyarakat di Jakarta. Di atas mobil Jeep yang dikemudikan Sarwoko berkeliling Jakarta, Riwu Ga memekikkan “Merdeka... merdeka... merdeka...!” sambil tinjunya dikepalkan ke udara. (sumber)

Memang, pembacaan proklamasi disiarkan melalui radio, tetapi pada masa itu tak banyak orang memiliki alat elektronik tersebut. Banyak orang di Jakarta mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka melalui pengumuman Riwu Ga dan Sarwoko.

Sehingga penggambaran sebagai sosok antagonis oleh Hanung melalui film Soekarno: Indonesia Merdeka, menurut Peter Rohi, merupakan penyimpangan sejarah serta melukai perasaan sanak famili yang bersangkutan di Pulau Sabu maupun NTT secara keseluruhan.  Peter Rohi sendiri berasal dari Pulau Sabu, NTT.

Keluarga dan masyarakat NTT kecewa

Melalui statusnya di media sosial facebook, Peter menuturkan bahwa keluarga besar Riwu Ga kecewa pada film Soekarno yang menggambarkan Riwu Ga sebagai seorang pengecut dan pengkhianat. Padahal keberanian, kepercayaan, dan kesetiaan adalah milik satu-satunya Riwu Ga setelah mengikuti dan mengawal Bung Karno sejak 1934 sampai Proklamasi Kemerdekaan RI.

Tak hanya Peter Rohi dan keluarga besar Riwu Ga yang terganggu oleh penggambaran Riwu Ga oleh Hanung, sejumlah masyarakat NTT ikut tersinggung. Protes tersebut, menurut Peter, telah disampaikan kepada Hanung, namun Peter justru ditantang untuk berlomba dalam seni. Padahal, menurut Peter, sebagai sebuah film sejarah, mestinya melalui riset mendalam agar tidak menimbulkan penyimpangan sejarah yang membingungkan bagi masyarakat yang menonton.

Tulisan Peter Rohi di akun FB-nya telah di-share sebanyak 152 kali dan juga mendapat banyak komentar, umumnya mengritik penggambaran Riwu Ga oleh Hanung.

Seorang netizen, Vico Patty, menulis; “Untuk Indonesia nama sutrada Hanung cukup besar, sayangnya untuk film Soekarno, dia melewatkan sebuah buku tipis, berjudul "Kakolami Angalai" yg ditulis Peter Apollonius Rohi dan Yusak Riwu Rohi, bta kira om Peter harus mengirimkan satu eksemplar buku tersebut untuk Hanung. Buku yg bagus om, sebaik om Peter menuturkan secara lisan kepada beta... thanks om, sudah membuka mata kita tentang Riwu Ga seorang pejuang tanpa pamrih, yg hampir terlupakan oleh sejarah.”

Netizen lainnya, Airlangga Pribadi, berpendapat; “Karya Hanung tentang Bung Karno buruk, selain tidak berbasis riset yang ketat juga tidak membangkitkan passion tentang kebangsaan. Tidak ada pesan yang kuat dari film itu.”

Agtar Van Cast Jr;  “Seharusnya sebuah film menceritakan kebenaran terutama film ttg sejarah. mau siapapun itu sutradaranya. Ya kalo seperti ini dapat di pastikan nantinya banyak film2 sejarah yg ga bermutu. For example film G3Os kemana film itu sekarang?”

August Ridlof Riwu: “Soekarno....pernah berucap...JASMERAH...LALU HanungBramantio...anak,kemarin sore memutar balikan sejarah...saya sebagai keluarga RiwuGa..sangat menyesalkan hal,ini...ternyata bukan hanya APBN yang dikorupsi tetapi sejarah pun sudah masuk dalam atau terkena bidikan korupsi...seharusnya BSF...tidak meloloskan film,ini diputar...bagi HanungBramantio..semoga engkau selalu terberkati..ingat ANDA telah memfithah keluarga kami...dan pembalasan bukan hak kami..semoga Tuhanmu mengampuni semua kesalahanmu.... Thanks AmaTanna..maPadda PieterRohi...GodBless”

Gusty Teni Hawu; “ kami sbg orang sabu tersinggung dgn film ini.. Spt memutarbalikan sejarah dan menghilangkan peran orang sabu dalam perjuangan kemerdekaan.. Si hanung dapat referensi sejarah darimana shg dia brani brbuat spt itu?? Dukung om peter untuk ungkap kebenaran sejarah..”

Edy Purwo Santosa:Sangat prihatin. Begitu dangkal pemahaman dan penghayatan akan sejarah Bangsa. Jika referensi dan study kasus kurang, lebih baik nggak usah membuat film.

Willas Littik: Berarti ini film asal bikin & asal ada proyek !!! 1 lagi Proyek Pembodohan Bangsa !!!

Matheos Viktor Messakh: kayaknya opa su pernah tegur langsung dia tapi ini orang memang sombong. Dia malah alihkan topik dengan menantang opa bikin film lain. Orang kritik pemerintah sonde harus jadi pemerintah, dst. apakah kritik fakta dalam film harus jadi sutradara dulu? Dia pung karir akan habis kalau dia begini terus.

Ray Hermawan: lagi2 kita di suguhi kontroversi dari dunia seni, biasanya kalau sudah terdesak pasti dalihnya : kebebasan berekspresi , kalau karya saya mau di hujat yah silahkan saja.....trs terang saya merasa jengah dengan prinsip ini, kebebasan berekspresi jadi kebebasan untuk salah juga, tak peduli orang lain di rugikan, apakah materil / non materil, hanung juga pernah membuat kontroversi di film2 sebelumnya setidak nya bagi kalangan tertentu.....seoerti bp Riwu ga ini, omong2 mengenai mel gibson , sy pernah nonton di metro TV dia juga pernah membintangi film buatan Aussi : year of living dangerously, soal indonesia thn 60an ya pak @ Peter Apollonius Rohi ?

Dan banyak lagi komentar netizen pada status Peter Rohi.

Sebagai sutradara, alangkah bagusnya Hanung menjawab kekecewaan masyarakat atas film karyanya tersebut. (*)

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

SUPLEMEN:

Berikut tulisan lengkap Peter Rohi di akun facebook-nya (telah diedit sebagian oleh Penulis)

Ibu Belandina Riwu Ga telah berpulang tahun lalu. Seperti anak2nya dan keluarga besarnya ia pun kecewa pada film Soekarno yang menggambarkan sosok Riwu Ga sebagai seorang pengecut dan pengkhianat yang disutradarai Hanung. Pada hal keberanian, kepercayaan, dan kesetiaan adalah milik satu2nya Riwu Ga setelah mengikuti dan mengawal Bung Karno sejak 1934 sampai proklamasi kemerdekaan RI.

Dalam buku: Soekarno, an Autobiography as told to Cindy Adams, dilukiskan Riwu sebagai watchdog yang selalu berdiri di samping Bung Karno, sebgai seorang pengawal yang setia, siap menjaga Bung Karno dari setip ancaman marabahaya. Dan ia pula yang ditugaskan oleh Suku Sabu ketika melepaskan Riwu menjaqga Bung Karno dengan upacara Jingitiu, suatu ritual sumpah menurut adat masyarakat Sabu.

Dalam film Hanung hal itu diputarbalikkan sama sekali. Riwu yang sederhana itu digambarkan sangat membenci Fatmawati dan merobek-robek foto Fatmawati, pada hal ia menyayangi Bung Karno dan mengenal Fatmawati sejak "kost" di rumah BK-Ibu Inggit. Dalam film itu Riwu yang buta huruf itu minggat dengan menuliskn sebuah surat yang ditinggalkan pada Bung Karno.

Tentu saja, keluarga Bung Karno yang termakan film tanpa riset itu ikut mengumpat-umpat Riwu Ga, dan konon setelah menonton film itu Guntur sangat benci pada Riwu. Pada hal, Guntur ketika bayi diasuh oleh Maria, istri Riwu yang meninggal di Ende.

Apabila kami orang pers koran dilarang melakukan fitnah, check dan recheck sebelum menuliskan atau menyiarkan sebuah berita, mengapa hal itu tidak dilakukan oleh orang film? Pada hal bagaimana pun film dibuat dengan menyebutkan sebuah nama yang pernah ada sebagai bagian film itu. Barangkali itulah sebabnya film Indonesia tak akan masuk masuk dalam hitungn dunia, jika para sutradara tidak mau belajar bnyak dari negeri yang kaya suku dan budaya seperti negeri kita.

Bagaimana bisa mereka mampu sekelas Mel Gibson yang ketika membuat film Apocalypto melakukan riset budaya dan bahasa suku2 Indian pada masanya, bahkan ketika menyutradarai film The Passion of Christ, Mel Gibson menggunakan bahasa Aram, bahasa yang berlaku pada masyarakat Yahudi pada zaman Jesus, pada hal bahasa kuno itu sdh hampir punah.

Saya angat mengharapkan munculnya sutradara2 besar setingkat Cecil B. de Mille (film Cleopatra 1934), David O Selznick (Gone with th Wind- 1939), atau para sutradara yang menyutradarai film Bounty yang 7 kali diproduksi, empat di antaranya di Hollywood (terkhir Robert Bolt 1984 setlah Brabourne 1968, yang melukiskan heroisme Letnan William Bligh mendayung empat puluh hari siang malam dari Haiti menuju Kupang (NTT) pada 1779.

Tentu saya tidak perlu katakan sutradara yg tak mau belajar dan suka tipu2 penonton tidk bakal sebesar John Husememen (Julius Caesar - 1953) atau bahkan jauh sekali dari James Cameron yang menyutradari Titanic 1998 yang merebut 11 dri 14 nominasi award.

Walau begitu saya sangat memuji Viva Westi yang menyutradrai film Ketika Bung di Ende yang memberikan tempat bagi kesetiaan seorang Riwu Ga. Akhirnya, patut kita hormati, bahwa sebuah film dibuat untuk memuliakan kemanusiaan dan bukan memberi tempat bagi berkembangnya basiswaarden (nilai dasar) yang penuh nafsu serakah. Bacalah filsafat dan sejarah pemikiran mulai Socrates sampai Kant kalau mau menjadi sutradara yang baik, agar tidak menjadi sutradara tipu2!

Hari ini konon Mata Najwa akan muncul di Yogya dan Hanung disebut-sebut sebagai tokoh, tapi apabila sutradara begini yang menghina orang kecil dan suka merendahkan kultur suku lain di negeri ini, dipenuhi puja-memuja, maka bisa sdiukur hanya segitu pula tingkat pemahaman penonton pada seni (film) dan juga tingkat wawasan dan visi presenter2 Indonesia.

Senin, 27 April 2015

Kolbano Beach, Kupang (East Nusa Tenggara)


Tengok Foto Keindahan Pantai Kolbano di Kupang – Pantai kolbano merupakan salah satu pantai unik yang terdapat di nusa tenggara timur yang menyajikan pemandangan berbeda dibandingkan dengan tempat-tempat lain. Pantai kolbano terletak sekitar 180 kilometer dari kota kupang, tepatnya berada di kabupaten soe, Nusa tenggara timur. Pantai ini memang tersembunyi keberadaannya dan juga membutuhkan perjalanan yang cukup lama dikarenakan untuk mencapai tempat tersebut, pengunjung harus melewati medan yang sangatlah terjal dan jalan-
jalan yang sangat sulit untuk dilewati mobil biasa sehingga pengunjung harus menyewa mobil khusus semacam mobil 4wd untuk perjalanan mencapai tempat tersebut. Tetapi rasa lelah selama perjalanan akan hilang setelah sampai dan melihat keadaan di pantai kolbano tersebut.



Dipantai ini para wisatawan dapat menikmati pemandangan pantai yang cukup indah dengan batu-batu kerikil yang berwarna-warni dan juga bukit-bukit hijau disepanjang pantai yang semakin menambah keindahan pantai tersebut. Air pantai tersebut juga sangat jernih dan bersih sehingga membuat para pengunjung akan sangat nyaman menikmati pemandangan tersebut. Namun pengunjung tidak dapat berenang sampai ketengah  di pantai kolbano.

Hal ini dikarenakan arus dan gelombang di pantai tersebut cukup besar sehingga sangat berbahaya apabila para pengunjung berenang dengan kondisi arus tersebut. Sehingga para wisatawan hanya diperbolehkan berenang di tepi pantai kolbano. Selain itu kedalaman pantai kolbano juga cukup curam. Di pesisir pantai kolbano terdapat sebuah bongkahan batu yang cukup besar yang menambah keindahan pantai disertai batu-batu kerikil yang terhampar luas. Di dekat pantai kolbano juga terdapat tugu peringatan yang dibangun untuk memperingati terjadinya perang kolbano yang terjadi antara warga sekitar melawan penjajah belanda yang terjadi pada tahun 1907.

Namun saat ini kondisi di pantai kolbano cukup memprihatinkan. Hal ini dikarenakan batu kerikil warna-warni tersebut banyak yang dieksploitasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang kemudian dijual atau diekspor ke luar negeri.


                                                       

Minggu, 26 April 2015

Revolusi Prancis

Revolusi Perancis (bahasa Perancis: Révolution française; 1789–1799), adalah suatu periode sosial radikal dan pergolakan politik di Perancis yang memiliki dampak abadi terhadap sejarah Perancis, dan lebih luas lagi, terhadap Eropa secara keseluruhan. Monarki absolut yang telah memerintah Perancis selama berabad-abad runtuh dalam waktu tiga tahun. Rakyat Perancis mengalami transformasi sosial politik yang epik; feodalisme, aristokrasi, dan monarki mutlak diruntuhkan oleh kelompok politik radikal sayap kiri, oleh massa di jalan-j
alan, dan oleh masyarakat petani di perdesaan.[1] Ide-ide lama yang berhubungan dengan tradisi dan hierarki monarki, aristokrat, dan Gereja Katolik digulingkan secara tiba-tiba dan digantikan oleh prinsip-prinsip baru; Liberté, égalité, fraternité (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan). Ketakutan terhadap penggulingan menyebar pada monarki lainnya di seluruh Eropa, yang berupaya mengembalikan tradisi-tradisi monarki lama untuk mencegah pemberontakan rakyat. Pertentangan antara pendukung dan penentang Revolusi terus terjadi selama dua abad berikutnya.

Di tengah-tengah krisis keuangan yang melanda Perancis, Louis XVI naik takhta pada tahun 1774. Pemerintahan Louis XVI yang tidak kompeten semakin menambah kebencian rakyat terhadap monarki. Didorong oleh sedang berkembangnya ide Pencerahan dan sentimen radikal, Revolusi Perancis pun dimulai pada tahun 1789 dengan diadakannya pertemuan Etats-Généraux pada bulan Mei. Tahun-tahun pertama Revolusi Perancis diawali dengan diproklamirkannya Sumpah Lapangan Tenis pada bulan Juni oleh Etats Ketiga, diikuti dengan serangan terhadap Bastille pada bulan Juli, Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara pada bulan Agustus, dan mars kaum wanita di Versailles yang memaksa istana kerajaan pindah kembali ke Paris pada bulan Oktober. Beberapa tahun kedepannya, Revolusi Perancis didominasi oleh perjuangan kaum liberal dan sayap kiri pendukung monarki yang berupaya menggagalkan reformasi.

Sebuah negara republik didirikan pada bulan Desember 1792 dan Raja Louis XVI dieksekusi setahun kemudian. Perang Revolusi Perancis dimulai pada tahun 1792 dan berakhir dengan kemenangan Perancis secara spektakuler. Perancis berhasil menaklukkan Semenanjung Italia, Negara-Negara Rendah, dan sebagian besar wilayah di sebelah barat Rhine – prestasi terbesar Perancis selama berabad-abad.

Secara internal, sentimen radikal Revolusi berpuncak pada naiknya kekuasaan Maximilien Robespierre, Jacobin, dan kediktatoran virtual oleh Komite Keamanan Publik selama Pemerintahan Teror dari tahun 1793 hingga 1794. Selama periode ini, antara 16.000 hingga 40.000 rakyat Perancis tewas.[2] Setelah jatuhnya Jacobin dan pengeksekusian Robespierre, Direktori mengambilalih kendali negara pada 1795 hingga 1799, lalu ia digantikan oleh Konsulat di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte pada tahun 1799.

Revolusi Perancis telah menimbulkan dampak yang mendalam terhadap perkembangan sejarah Modern. Pertumbuhan republik dan demokrasi liberal, menyebarnya sekularisme, perkembangan ideologi modern, dan penemuan gagasan perang total adalah beberapa warisan Revolusi Perancis.[3] Peristiwa berikutnya yang juga terkait dengan Revolusi ini adalah Perang Napoleon, dua peristiwa restorasi monarki terpisah; Restorasi Bourbon dan Monarki Juli, serta dua revolusi lainnya pada tahun 1834 dan 1848 yang melahirkan Perancis modern.

Jumat, 24 April 2015


NEWS FLASH


Pemerintah Daerah atau PEMDA Rote Ndao akan menghidupkan kembali keindahan pantai Nembrala yang gaungnya sudah mendunia, namun belum maksimal dikelola dengan baik, oleh karena itu saat ini, Kementrian Pariwisata Repulik Indonesia melaksanakan survei di bagian wilayah barat pulau Rote demi pengembangan Inovasi Pariwisata Geopark Nasional dan Global.

Kamis, 23 April 2015

MEREGUK SURGA DI PULAU PALING SELATAN INDONESIA, PULAU ROTE



Anda mungkin beranggapan bahwa pulau yang berada di batas terluar Indonesia akan jauh dari peradaban dan hal menarik karena jauh dari ingar-bingar kota metropolitan. Meskipun jauh dari pusat pemerintahan nasional, justru Anda akan menemukan sekeping surga di pulau terluar Indonesia termasuk Pulau Rote yang disebut-sebut sebagai pulau paling selatan Indonesia.
Ada kurang lebih 120.000 orang yang tinggal di pulau dengan tanah berupa batu karang ini. Pulau ini berbatasan dengan pulau Timor di sisi timur laut dan pulau Sumba di sisi barat. Meskipun terkesan sangat jauh dalam rute petualangan di Indonesia, pulau ini tak lagi terlihat jauh begitu Anda sudah menginjakkan kaki di pelabuhan laut kota Ba’a yang merupakan kota paling besar yang berada di pulau ini. Pelabuhan laut ini bisa Anda capai dari Kupang, Nusa Tenggara Timur dengan kapal feri yang beroperasi setiap hari.

Keindahan Pulau Rote telah menjadi perbicangan para petualang termasuk peselancar karena mempunyai laut jernih dengan pasir putih yang sehalus tepung. Selain itu, pulau ini juga mempunyai permukaan berbukit-bukit yang dihiasi dengan padang sabana serta danau kecil. Pantai yang paling terkenal di pulau ini bernama Nemberala yang biasanya dipilih sebagai titik utama peselancar sebelum mereka melanjutkan perjalanan untuk mencari titik selancar lain yang lebih menantang di sekitar pulau. Para peselancar profesional biasanya memburu ombak yang mencapai tiga kali tinggi orang Indonesia sekitar Juli dan September.



Pantai Nemberala berhadapan dengan Laut Sawu di sebelah barat dengan pemandangan indah layaknya tanah lapan berpasir yang dibatasi oleh pohon lontar yang senantiasa menghijau sepanjang musim. Bergerak menuju arah kiri dari pantai Nemberala, Anda bisa mencapai Peanuts dan Bo’a dengan kurang lebih 30 menit perjalanan menggunakan sepeda. Selain itu, ada pula N’dau yang menawarkan ombak dengan kecepatan tinggi.
Pulau Do’o menawarkan pengalaman selancar yang berbeda bagi Anda pecinta selancar. Tempat ini menyajikan gulungan ombak dengan arah kanan yang paling panjang di Indonesia dan peselancar harus menggunakan perahu untuk bisa menaiki ombak di pulau ini. Selain itu, peselancar bisa menikmati kegiatan favorit ini di waktu yang berbeda karena musim selancar di Pulau Do’o dengan letak geografis unik ini berlangsung di bulan Maret dan Desember.

Selain pantai Nemberala, Anda juga bisa menemukan T-Land di sisi barat Pulau Rote yang merupakan pulau dengan luas 1.200 km persegi. Pulau ini juga dikenal akan ombaknya panjang dan menggulung ke arah kiri yang bisa ditemukan di Indonesia. Tak mengherankan jika pulau ini dinobatkan sebagai surga peselancar di sisi selatan Indonesia.

Hal unik lain yang sebaiknya tidak Anda lewatkan ketika berkunjung ke pulau ini adalah melongok kura-kura leher ular yang sangat langka dan dilindungi. Dengan lautnya yang indah, Anda juga bisa menikmati indahnya kehidupan bawah laut pulau ini dengan terumbu karang yang beragam dengan ikan unik seperti hiu dugong dan pari Manta.